Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Melihat dari dekat pembuatan batu akik di Purbalingga

Batu Akik Pancawarna
Suara mesin pisau pemotong batu bergemuruh di belakang sebuah kios batu akik bernama Raja Klawing di Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Senin (8/6). Beberapa pengrajin terlihat memotong batu menjadi bagian-bagian kecil. Batu tersebut dipotong menjadi lempengan dengan ketebalan sekitar 1 cm.

Setelah dipotong sama tebal, Batu Klawing hasil penambangan oleh para petani di sungai Klawing itu lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air. "Warna dan motifnya akan kelihatan jelas," ujar Roni (25), seorang pengrajin batu akik.


Lempengan batu itupun siap dibentuk menjadi batu akik maupun liontin. Roni memeragakan, lempengan batu Klawing dipotong menggunakan pisau mesin. Sebelumnya, untuk menentukan ukuran dia harus menggunakan penggaris berpola.

Ada 10 macam ukuran pola. Mulai dari yang terkecil untuk akik hingga ukuran yang terbesar yang biasanya untuk pembuatan liontin. Pola tersebut berbentuk oval.

Pemilik kios Raja Klawing Bukateja sekaligus ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Batu Klawing Bukateja, Bayu mengatakan setelah dipotong menjadi bentuk oval, batu dikupas menggunakan pisau gerinda. Pengupasan terus dilakukan hingga membentuk akik dan kelihatan detil warna dan motifnya. Setelah itu, baru dilakukan pengamplasan.

Pengamplasan dilakukan secara bertahap menggunakan berbagai jenis amplas. Yaitu amplas ukuran 100, 320, 800, hingga 1.500. Setelah sempurna halus, batu siap diikat dengan cincin pengikat akik maupun pengikat liontin. Batu akik maupun  liontin pun siap dipasarkan.

Desa Kembangan Kecamatan Bukateja hanyalah satu di antara sentra kerajinan batu akik Klawing. Aktivitas serupa juga terlihat di Kecamatan Bobotsari dan Desa Bancar Kecamatan Purbalingga.

Menurut lelaki yang biasa disapa Si Rambut Geni itu, di Bukateja ada sekitar 12 pengrajin batu akik yang tergabung dalam Kube yang dikelolanya. Ada pula pengrajin lainnya yang mendirikan usaha kecil-kecilan di rumah. Kube yang dikelolanya termasuk yang terbesar di Kecamatan Bukateja, terdiri dari dua kios dan tempat pembuatan akik.

Di Kecamatan Bobotsari, jumlah pengrajin batu akik lebih banyak lagi. Setidaknya ada sekitar 40 pengrajin batu akik. Hal itu disampaikan oleh penasehat paguyuban pengrajin batu akik di Bobotsari, Wahadi (56).
Pembuatan batu akik lebih banyak dilakukan di rumah-rumah dalam skala kecil. Menurut Wahadi, paguyuban menaungi pengrajin di empat kecamatan,  yaitu Mrebet, Bobotsari, Karangreja dan  Karangjambu. Dari empat kecamatan itu, Bobotsari merupakan yang terbanyak pengrajinnya yang mencapai 30 an orang. Lainnya hanya dua hingga tiga pengrajin.

Sementara itu, pengrajin batu akik di Desa Bancar Kecamatan Purbalingga juga tak sedikit. Dari pantauan Tribun, setidaknya ada puluhan kios dan tempat usaha pembuatan batu akik di kompleks Bancar Badhok Center (BBC) Purbalingga. Terlebih, Bancar berada dekat dengan sungai Klawing. (Abdul Arif)

Post a Comment for "Melihat dari dekat pembuatan batu akik di Purbalingga"