Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kumpulan cerpen Mata yang Enak Dipandang

Judul Buku : Mata yang Enak Dipandang
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2013
Tebal : 215
ISBN : 978-602-03-0045-0

Suatu siang, Mirta ditinggalkan seorang diri di sebuah stasiun. Terik matahari memanggang tubuhnya yang sudah renta. Dia tak bisa melangkah untuk mencari keteduhan. Lelaki ini pun terpaksa mematung di tempat lantaran Tarsa, lelaki yang biasa menuntunnya, sengaja meninggalkan Mirta.

Mirta adalah seorang lelaki tunanetra. Tarsa sudah terbiasa menuntunnya kemana-mana, tetapi dengan syarat ada upah. Tarsa sengaja menjemur Mirta di tengah panas stasiun itu hanya agar ditraktir minum limun. Mirta harus membelikan minuman limun jika Mirta ingin diteduhkan.

Rupanya Mirta pun tak ingin diakali penuntunnya itu. Dia terus berjuang hingga pelan-pelan dia merasakan tubuhnya mengering. Merasa tak kuat, dia lalu memberanikan diri melangkah tanpa penglihatan. Dia pun terjatuh saat melanggar sepeda yang diparkir. Tarsa yang melihat dari kejauhan tertawa terbahak-bahak melihat orang tua yang buta itu terjatuh.

Tarsa pun lalu mendekat dan memandunya ke warung. Dia lalu meneguk limun dan meminta Mirta membayarnya. Sementara Mirta yang merasa ditipu hanya bisa terdiam dan minum air. Dia minta dibawa ke tempat yang teduh.

Di bawah bayang pohon kerai payung, Mirta membaringkan tubuhnya yang lemah. Panas matahari yang membakar tubuhnya selama sekian menit membuat tubuhnya panas. Tarsa pun terkesiap saat mendapati teman karib yang selalu memberinya upah itu mendadak sakit.

Tarsa kebingungan. Siapa yang akan memberinya upah jika Mirta yang buta itu tak bisa mengemis lagi karena sakit. Sebab, meskipun normal selama ini Tarsa mengandalkan upah dari menuntun Mirta saat mengemis. Muncul penyesalan. Dia baru menyadari jika selama ini hidupnya bergantung pada Mirta.
Kisah tersebut adalah sepenggal  cerita pendek dari kumpulan cerita "Mata yang Enak Dipandang" karya Ahmad Tohari. Kumpulan cerpen yang terdiri dari 15 judul ini  pernah diterbitkan di media massa antara 1983-1997.

Melalui tokoh Mirta, Tohari mampu membuka kesadaran pembaca bahwa keberadaan seorang pengemis ternyata dibutuhkan oleh seseorang. Tarsa tokoh yang hidupnya normal justru bisa hidup karena mendapatkan upah dari Mirta.

Kepada Tarsa, Mirta selalu mengatakan  agar dihadapkan kepada orang dengan mata yang enak dipandang untuk meminta belas kasihan. Tohari mennyebut istilah mata yang enak dipandang sebagai gambaran orang-orang dermawan.

Dalam buku setebal 215 halaman ini, Tohari lebih banyak menyuguhkan cerita-cerita yang mengangkat tema sosial. Dalam cerpen "Paman Doblo Merobek Layang-layang", dia mengisahkan bagaimana perubahan Paman Doblo dari sosok yang disukai anak-anak menjadi sosok yang garang.

Paman Doblo telah mendapatkan pekerjaan sebagai hansip di sebuah perusahaan. Uang telah membuatnya lupa.  Siapapun akan dia bentak jika ada yang mengusik perusahaan tersebut, termasuk anak-anak yang layang-layangnya menyangkut di pagar perusahaan.

Pembaca yang sudah akrab dengan nama Ahmad Tohari tentu sudah paham bagaimana lelaki asal Banyumas ini menjadi seorang juru kisah. Sebagaimana novel-novel yang dia tulis, seperti Ronggeng Dukuh Paruk, Kubah, Bekisar Merah dan sebagainya, dia selalu mengusung cerita kehidupan orang-orang di kalangan bawah.

Membaca kumpulan cerpen ini, pembaca akan tahu, Tohari begitu  akrab dengan manusia-manusia dalam lingkaran itu. Saking dekatnya, cerita-ceritanya begitu emosional karena Tohari menulis cerita-cerita tersebut dengan simpati dan empati.

Dia juga melengkapi cerita-cerita tersebut dengan pelukisan suasana dan setting yang sempurna. Seolah-olah pembaca menyaksikan langsung tempat perasaan yang dialami tokoh dalam cerita tersebut.

Tak hanya itu, nilai-nilai sosial dalam sekumpulan cerpen Ahmad Tohari ini juga terlihat kental. Pembaca akan dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan kejernihan berpikir untuk mendapatkan pencerahan. Maka, buku ini sangat pas untuk mengasah kepekaan sosial bagi para pembaca. Apalagi jika melihat kondisi sosial bangsa saat ini yang kian memburuk. Begitu. (Abdul Arif)

Post a Comment for "Kumpulan cerpen Mata yang Enak Dipandang"