Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Selama 32 Tahun Keluarga Sri Jaga Kualitas Rasa Jenang

Tulisan ini pernah dimuat di Koran Tribun Jateng
Seorang pekerja sedang mengaduk adonan jenang
Momentum lebaran membawa berkah tersendiri bagi para produsen oleh-oleh khas Banyumas. Termasuk produsen Jenang Asli Ketan (Jaket) Banyumas. Berikut laporannya.

Asap mengepul di rumah bagian belakang Sri Monah yang berada di Jalan PKK RT 5/4 Desa Mersi Purwokerto timur, Sabtu (11/7/2015). Puluhan orang terlihat sibuk di rumah itu. Belasan orang perempuan duduk manis mengitari meja sambil mengemasi jenang.

Satu di antaranya terlihat lihai memotong-motong jenang berwarna cokelat itu menjadi bagian-bagian kecil. Potongan jenang itu dilemparnya dan jatuh tepat di depan pegawai lainnya.


Sementara itu, di bagian dapur belasan lelaki terlihat mengaduk-aduk loyang berukuran besar, diameternya sekitar 1,5 meter. Loyang itu berisi adonan ketan yang dimasak di atas tungku. Wajah mereka berpeluh lantaran suhu di dekat tungku cukup panas.

Satu loyang diaduk oleh satu orang. Mereka bergantian setiap lima menit. Adonan itu diaduk hingga mengental dan berwarna kecokelatan. "Dimasak dan diaduk terus sampai tiga jaman," kata Sunarto (51) satu di antara lelaki itu.

Sunarto adalah satu di antara pekerja di rumah usaha jenang milik Sri. Dia bertugas sebagai tukang masak jenang. Bersamanya, ada 13 orang lainnya yang memiliki tugas yang sama, yaitu memasak jenang. Jika ditotal dengan pekerja perempuan jumlahnya 39 orang.

Sunarto telah bekerja sejak 2002 lalu. Dia mengatakan, dalam memasak jenang harus sesuai komposisi yang telah ditentukan. Bahannya terdiri dari santan kelapa, beras ketan, gula jawa dan sedikit bumbu garam

Dalam satu loyang, bahan yang dibutuhkan yaitu kelapa sebanyak 12 kg, tepung ketan 17,5 kg dan gula jawa 24 kg.

"Yang paling sulit nyukil kelapa. Ini mau lebaran harus memasak 18 loyang setiap harinya. Hari biasa hanya 12 loyang," kata dia.

Pegawai lainnya menambahkan, pada hari-hati biasanya produksi jenang antara 2-3 kw. Sementara mendekati lebaran produksi meningkat menjadi 9-10 kw. "Itu karena pesanan. Ada yang luar kota, Cilacap dan lainnya. Orang jakarta juga banyak yang mampir di sini," kata dia.

Pemilik usaha jenang Jaket Banyumas, Sri Monah (40) mengatakan, dia hanya melanjutkan usaha milik ayahanya, Suhardja. Sudah 32 tahun lamanya usaha itu dijalani oleh keluarganya. Dia mengatakan, tak pernah mengubah apapun, baik rasa maupun kemasannya.

"Ini usaha turun temurun. Kalau saya baru 10 tahun. Dari awal sampai sekarang tak ada perubahan. Isi juga tetap 16 biji. Kami ingin mempertahankan tradisi," katanya.
Ibu-ibu rumah tangga ikut terlibat dalam produksi jenang jaket
Sri mengaku, tak mau mengubah komposisi yang telah dibuat oleh ayahnya. Jika bahan baku naik, dia cukup menaikkan harga tanpa mengubah komposisi. "Sekarang harganya naik Rp 1000. Alhamdulillah permintaan meningkat," katanya.

Adapun, untuk harga jenang perbungkusnya, untuk jenang polos Rp 12 ribu, jenang wijen Rp 13 ribu, jenang wajik Rp 13 ribu. Harga per jenang polos Rp 24 ribu, jenang wijen Rp 26 ribu.

Jenang produksi Sri dibuat tanpa bahan pengawet. Hanya mampu bertahan selama 10 hari. Rasanya juga kenyal. Karena itu, jenangnya diminati banyak kalangan.

Listiati misalnya. Sebelum pulang ke Sukoharjo dia sekeluarga menyempatkan diri mampir ke toko oleh-oleh milik Sri yang masih satu rumah. "Setiap pulang pasti bawa jajanan khas Banyumas. Jenangnya enak kenyal. Di solo ada tapi beda rasanya," kata dia.(Abdul Arif )

1 comment for "Selama 32 Tahun Keluarga Sri Jaga Kualitas Rasa Jenang"

  1. Makin sukses untuk websitenya, kami akan selalu mengikuti dan hadir sebagai sahabat yang baik. Terimakasih banyak, pak/bu

    ReplyDelete