Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perjalanan ke Borneo #2: Waktu dan Jarak kian Berimpit

Take off dari Bandara Ahmad Yani Semarang
SELASA, 11 November 2014. Hari keberangkatan ke tanah Borneo telah tiba. Saya tak banyak persiapan. Hanya menyempatkan sehari sebelumnya untuk pulang ke kampung halaman di Kudus. Bertemu ayah dan ibu. Bagi mereka, jauh dari anak-anak sudah menjadi hal biasa. Saudara-saudara saya sudah terbiasa merantau.

Saya berangkat bersama seorang kawan, Hermawan Endra Wijonarko. Dia adalah teman reporter seangkatan. Sebelumnya, dia bertugas di daerah, Kota Pekalongan dan sekitar. Baru saja mendapat tugas baru di desk ekonomi di Semarang, mendadak dia harua ikut ke Kalimantan Timur.

Pemberitahuan keberangkatannya lebih mendadak lagi ketimbang saya. Dia mendapat kabar itu tiga hari sebelum keberangkatan. Tetapi itu tak jadi masalah. Dia juga siap berangkat setelah menemui orangtuanya.
Pukul 17.00 Wib di Bandara Ahmad Yani Semarang. Pesawat Lion Air tujuan Balikpapan Kalimantan Timur dengan nomor penerbangan JT 0666 bersiap meluncur. Saya duduk di kursi 26E bersebelahan dengan Hermawan. Penerbangan ini merupakan kali pertama, sehingga perasaan saya agak takut. Tetapi, perjalanan di udara ternyata cepat sehingga dalam hitungan 90 menit kami telah menyeberangi laut Jawa dan sampai di tepian Balikpapan.

Saya hampir lupa, waktu di Balikpapan lebih cepat satu jam. Sebab termasuk wilayah bagian tengah. Alhamdulillah, penerbangan  berlangsung lancar dan selamat. Kami tiba di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan Balikpapan tepat pukul 20.00 Wita.

Landing di Bandara Sepinggan Balikpapan
Saya cukup terkesan pada bangunan Bandara ini. Gedungnya terlihat besar dan megah. Terminal kedatangan dan keberangkatan juga tampak bersih. Belakangan, saya ketahui jika General Managernya adalah orang Semarang. Namanya Pak Wendo. Di lain hari kami sempat bertemu dan berkenalan. Orangnya agak gemuk dan asyik.

Dari Bandara sedianya kami akan dijemput oleh teman di kantor Tribun Kaltim. Tetapi, setelah kami hubungi mereka, ternyata salah koordinasi soal waktu kedatangan. Akhirnya, kami terpaksa naik taksi Mawar. Untuk menuju kantor Tribun Kaltim yang berada di Straat III Kampung Timur Balikpapan Utara, tarifnya Rp 75.000.

Langit di Balikpapan saat itu tampak ceria. Bulan dan bintang terlihat bertaburan. Jalananan yang kami lewati berupa tanjakan dan turunan. Orang-orang di sini menyebut sebagai gunungan jika ada tanjakan. Tak berselang lama, kami pun sampai di Mabes Tribun Kaltim.

Dijamu makan malam Mas Domu Ambarita
Pemred Tribun Kaltim, Pak Domu D Ambarita lalu menyapa kami. Dia memperkenalkan kami kepada sejumlah redaktur yang malam itu tengah bertugas. Saya tak langsung hafal nama-nama semuanya. Tetapi ada satu yang langsung kuingat, namanya Mas Ganjar. Dia dari Tribun Batam yang juga ikut dalam proyek ini. Namanya langsung kuingat lantaran namanya seperti Gubernur Jateng. Belakangan dia ternyata lucu. Kalau saya bikin status unik di Bbm, dia yang pertama berkomentar.

Karena saat itu jam kerja, kami pun mencari tempat untuk rehat sejenak sambil menunggu deadline pengerjaan.

Tepat sekira pukul 24.13 Wita, kantor mulai sepi. Kami bersama Pemred lalu mencari warung yang masih buka. Seingat saya, kami mampir di depot makan orang Jawa. Di situ semua menu tak asing lagi. Kami pun makan malam dan berbincang-bincang soal penugasan. Pak Domu di Tribun Kaltim juga baru. Sebelumnya dia bertugas di Jakarta.

Malam semakin larut. Kami lalu melepas penat di Guest House Aziziah yang tak jauh dari kantor.


Balikpapan, Selasa (6/1/2015) 16.45 Wita

Post a Comment for "Perjalanan ke Borneo #2: Waktu dan Jarak kian Berimpit"