Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perjalanan ke Borneo #1: Mendadak Tapi Asyik

Tiket penerbangan. Kali pertama aku berada di angkasa. maklum anak kampung. hiks
Sebelum berangkat, saya selalu menyempatkan diri menghibur teman-teman di rumah kos rewo-rewo. Lagu-lagunya tak jelas. Gitarnya juga kepunyaan anak Pak Kos. Hehehe

SAYA lupa, siang itu hari apa dan tanggal berapa. Yang jelas pertemuan itu dua minggu tepat sebelum 11 November 2014. Korlip Tribun Jateng Tri Mulyono, saya lebih familiar dengan panggilan Cak Ono mengirim pesan singkat lewat BBM. Dia memintaku untuk ke kantor menemui Pemimpin Redaksi, Musyafi pada sore hari. Katanya, ada info "penting".

Karena tak banyak agenda liputan siang itu saya langsung merapat ke Mabes Tribun di Jalan Menteri Supeno Nomor 15 Semarang. Memang belum waktunya sebagaimana permintaan Korlip. Tetapi, siang itu Pemred sudah berada d kantor. Begitu juga Korlipnya.

Tanpa menunggu sore hari, Pemred dan Korlip pun mengajak saya ke ruangannya. Dia meminta menutup rapat pintu. Meski ditutup, sebenarnya terlihat dari luar ruangan kami tengah bercakap-cakap. Teman-teman reporter yang kebetulan ngantor sepertinya penasaran. Begitu juga saya. Apa info penting yang hendak disampaikan?

"Begini, jiwa petualanganmu masih ada atau tidak?" Cak Syafi memulai percakapan. Saya sudah bisa menebak info penting itu. Dan ternyata benar dugaanku. Pemred menawariku sebuah tuhas di nun jauh. Yaitu di Kalimantan Timur. Atau orang-orang menyebutnya tanah Borneo.

Di sana, ada Tribun Kaltim yang merupakan koran Tribun pertama di Indonesia. Kata dia, Tribun Kaltim sedanf butuh bantuan dari sejumlah reporter daerah. Reporter di sana akan mengikuti latihan, sehingga kegiatan reportase membutuhkan tenaga tambahan.

Saya memang tak berniat menolak. Pasalnya, sejak awal memang sudah bulat tekad untuk siap bertugas di mana pun. Termasuk tawaran dari Pemred pada hari-hari sebelumnya untuk bertugas di Tribun Bali. Namun, yang ke Bali itu belum terlaksana. Saya bahkan sudah persiapan banyak, termasuk pamitam dengan orangtua dan kawan-kawan saya di kampus. Eh, malah batal.

Akhirnya misi berangkat ke Borneo saya ambil. Sudah pasti karena keinginan saya sendiri sekaligus memperkaya wawasan kedaerahan. Pertemuan sianf itu pun berbuntut senyum yanf kulihat di wajah sang Pemred dan Korlip. Selanjutnya, sambutan kenegaraan dan khutbah-khutbah inspiratif yang kudengar.

Namun, pertemuan itu belum memastikan kapan keberangkatan. Untuk itu, selama belum ada tanggal keberangkatan saya diminta untuk tidak bercerita. Terutama kepada kawan-kawan reporter dan pacar saya (Padahal saya barusaja kehilangan pacar. Ini juga yang menguatkan saya untuk selekas mungkin pergi jauh).

Perbincangan di ruangan Pemred pun rampung. Seorang kawan reporter lalu menghampiri. "Ada apa Rif, kok serius banget ngobrolnya?"

-Balikpapan, Minggu (04/01/2015) 23.10 Wita

Post a Comment for "Perjalanan ke Borneo #1: Mendadak Tapi Asyik"