Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ini Kisah Warga Grobogan yang Merantau di Samarinda (2)

Ini Kisah Warga Grobogan yang Merantau di Samarind
Sejumlah warga Grobogan yang merantau ke Samarinda mengajak serta anak-anaknya. Anak-anak itu juga ikut membantu bekerja. Beberapa di antaranya putus sekolah.

KEDATANGAN ratusan warga Grobogan Jawa Tengah di Samarinda sempat membuat kaget ketua RT setempat, Muchsen dan istrinya Halimah. Menurut ketua RT 11 Kelurahan Sidomulyo, Samarinda Ilir itu, setahun lalu rombongan pemulung tak sebanyak itu.

"Lama-lama kok jumlah gerobaknya semakin banyak. Mangkalnya juga di sini (di depan rumah)," kata Halimah sedikit heran.

Halimah justru prihatin lantaran beberapa anak yang diajak mereka tak bersekolah. Di antaranya adalah anak-anak Munarti (45).


Untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehari-hari Munarti harus mendorong gerobak menyusuri jalanan Kota Samarinda. Jika ada barang bekas seperti plastik, botol dan sebagainya yang terlintas akan dipungutnya. Barang-barang itu lalu diangkutnya ke dalam gerobak. Dari pekerjaan itulah Munarti memeroleh sedikit uang.

"Saya sudah dua tahun ini tinggal di Samarinda. Saya datang ke sini sama anak-anak," katanya.

Munarti mengaku sedih, dua anaknya yang masih kecil kini tak bisa bersekolah. Uang yang diperolehnya dari kerja memulung tak mencukupi. Putranya yang bernama Andi Nur Kusuma (13) sudah lulus SD di Samarinda. Namun tak tak bisa melanjutkan ke jenjang SMP. Begitu juga anaknya yang bernama Yulianto Prastio (11). Yulianto seharusnya kelas IV SD, tapi tak melanjutkan.

Munarti merasa sedih jika anaknya mengungkapkan keinginan melanjutkan sekolah di MTs Sulamiman Yasin Samarinda. "Kepinginnya anak-anak saya bisa sekolah. Saya kepingin anak-anak bisa jadi pegawai. Tapi apa daya," katanya.

Dia mengisahkan, datang ke Samarinda atas permintaan anak sulungnya. Anaknya seorang pekerja di truk-truk muatan. Anaknya itu lalu memintanya untuk menyusul. Lalu dia bersama dua anaknya yang masih kecil menyusul ke Samarinda.

"Saya dikasih uang untuk beli tiket naik kapal barang ke sini. Tapi anak saya yang sudah bekerja itu kecelakaan dan meninggal dunia," katanya sedih.

Tanpa anak sulungnya, Munarti pun harus bekerja sendirian dengan kemampuan seadanya. Suaminya sudah lama meninggal dunia.

Kini, Munarti tercatat sebagai warga RT 8 Kelurahan Sidomulyo Samarinda Ilir. Dia sudah membuat Kartu Keluarga (KK) di RT tersebut. "Saya dulu disuruh membuat KK di sini agar urusan sekolah anak gampang," katanya.

Namun, lantaran tak kuat dengan adanya gunjingan di sekitar,  akhirnya Munarti memilih pindah ke RT 11. Di sebuah kosan, dia tinggal berempat bersama kedua anak dan adik iparnya. (Pernah dimuat di Tribun Jateng)

Post a Comment for "Ini Kisah Warga Grobogan yang Merantau di Samarinda (2)"