Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Profil SMA Walisongo Semarang

Cetak Generasi Cerdas Berakhlakul Karimah

SMA Walisongo adalah satu di antara sekolah swasta berbasis Islam di Kota Semarang. Sekolah ini berdiri sejak 1979 di bawah naungan yayasan Al-Jamiah Al-Masyhariyah Semarang. Kepala SMA Walisongo, Untung Cahyono mengatakan, hingga saat ini pihaknya berupaya mencetak generasi cerdas, berpengetahuan luas serta berakhlakul karimah sebagaimana slogan yang dikampanyekan.

Menurut Untung, prestasi siswa di bidang akademik memang tidak terlalu menonjol. Meski begitu, soal pendidikan karakter dan pembinaan di bidang non akademik sekolahnya tak kalah dengan sekolah lainnya.
Dia mengatakan, untuk mewujudkan itu dalam pembelajaran di sekolah, pihaknya mengutamakan pembiasaan yang dipraktikkan sehari-hari. Misalnya, setiap hari ada agenda membaca Asmaul Husna bersama. Menurutnya, di setiap ruang kelas juga tersedia juz Amma. Para siswa membaca bersama-sama dipandu oleh petugas.


"Kami memberikan mata pelajaran baca tulis Aquran (BTQ) untuk keagamaanya. Selain itu, prestasi akademik umum siswa juga terus kami pacu," katanya saat ditemui di kantornya, Jl Ki Mangunsarkoro 17 Semarang, Senin (30/6).

Dia mengatakan, pelajaran BTQ diberikan sejak siswa kelas X. Ada alokasi satu jam untuk pelajaran itu. Menurut Untung, pelajaran BTQ lebih banyak praktik, sehingga siswa benar-benar menguasai. Adapun, untuk siswa kelas XI ke atas memeroleh pembinaan intensif mengenai praktik kegamaan. Menurut dia, kompetensi BTQ dan praktik keagamaan harus dimiliki siswa. Sehingga, begitu lulus mereka bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, M Muhyiddin menyampaikan, ada berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) yang dikelolas sekolah untuk mewadahi minat dan bakat siswa. Dia mengatakan, ada sejumlah depalan ekskul yang saat ini aktif. Dia menyebutkan semuanya, yaitu rebana, PMR, Paskibra, futsal, band, pramuka, voly dan basket.

"Kami menyediakan pelatih untuk masing-masing ekskul. Pembinaan dilakukan untuk memenuhi target tertentu. Selain agar anak enjoy menyalurkan hobinya, juga untuk meraih prestasi," katanya.
Menurut Muhyiddin, dari depalan ekskul itu, yang paling menonjol adalah ekskul PMR, Pramuka dan Rebana. Dia mengatakan, dalam berbagai kesempatan, tim rebana SMA Walisongo sering tampil mengisi event-event di Kota Semarang. "Anak-anak memang sering diminta untuk tampil," katanya.

Dia mengatakan setiap siswa berkesempatan untuk mengikuti ekskul tersebut. Siswa akan memeroleh pelatihan seminggu sekali.

Targetkan 100 Siswa Baru Tahun 2014

Kepala SMA Walisongo Semarang, Untung Cahyono mengatakan, untuk penerimaan siswa baru tahun ajaran 2014/2015 ini, pihaknya menargetkan 100 siswa. Dia mengatakan, pihaknya menediakan kuota sebanyak tiga kelas untuk siswa baru. Masing-masing kelas terdiri dari 33 siswa.

"Pendaftaran sudah dibuka beberapa waktu lalu. Pendaftaran masih berlangsung sampai 12 Juli 2014. Tanggal 14 Juli KBM sudah mulai berlangsung," katanya, Senin (30/6).

Untuk pendaftaran, calon siswa bisa langsung datang ke sekolah di Jl Ki Mangunsarkoro 17 Semarang dengan membawa persyaratan.

Dia menyampaikan, yayasan memberikan perhatian khusus bagi calon siswa yang kurang mampu. Menurutnya, ada beasiswa baik dari yayasan maupun dari pemerintah. Bagi siswa berprestasi juga disediakan beasiswa.

"Bagi yang peringkat I memeroleh keringanan bebas SPP. Sedangkan siswa peringkat II ada keringanan berupa pengurangan SPP," katanya.

Dia mengungkapkan, pihak sekolah juga menggalakkan aksi sosial setiap Senin dan Kamis. Baik siswa maupun guru secara sukarela mengumpulkan dana sosial. Dana sosial itu biasanya digunakan untuk siswa yang sakit. Juga untuk membantu siswa yang kurang mampu.

Adapun, total siswa SMA Walisongo hingga saat ini sejumlah 189 siswa. Dia mengatakan, pihak sekolah secara intensif memberikan bimbingan konseling bagi siswa untuk menggapai cita-citanya. Bimbingan dilakukan hingga siswa menentukan pilihan ke perguruan tinggi.

Menurut dia, fasilitas yang disediakan pihak sekolah untuk menunjang pembelajaran juga cukup lengkap. Dia mengatakan, pembelajaran ditunjang dengan laboratorium biologi, lab bahasa, lab komputer dan ruangan kelas ber-AC.

Terapkan Pembelajaran Saintifik Sejak Lama

Wakil Kepala bidang kurikukulum SMA Walisongo Semarang,
Riwin Budi Hastuti mengatakan, sejak lama sekolahnya telah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pembejaran tersebut sebagaimana yang diamanatkan kurikulum 2013 yang akan diterapkan secara serentak tahun ini. "Kalau kami sudah lama. Hanya saja, masih sebatas pada mapel Sosiologi," kata Riwin yang juga guru mapel sosiologi itu, Senin (30/6).

Dia mengatakan, kebetulan di sekolahnya memang belum ada kelompok ilmiah remaja (KIR) sehingga secara terbatas diterapkan pada mapel yang diampunya. Dia mencontohkan, misalnya dalam mapel sosiologi ada materi stratifikasi sosial. Siswa diajak melihat fenomena di lapangan, bagaimana kondisi kelas sosial sebenarnya.

Siswa melakukan observasi dan melakukan wawancara layaknya penelIti. Mereka lalu membuat laporan tertulis sebagaimana hasil pengamatan. Juga membuat dokumentasi dalam bentuk video saat melakukan observasi lapangan.

"Jadi siswa bisa menggambarkan bagaimana kondisi kelas atas, kelas menengah dan keadaan kelas bawah. Sesuai realita yang dilihat," kata Riwin.

Menurut Riwin, melalui pendekatan belajar seperti itu, para siswa bisa melihat secara langsung fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. "Saya ingin anak tahu kondisi lapangan sudah sesuai dengan materi yang saya sampaikan. Jadi siswa betul-betul membuktikan," ujarnya.

Menurut dia, siswa lebih antusias melalui pembelajaran saintifik yang diterapkannya itu. Siswa lebih memahami materi ketimbang guru hanya menjelaskan secara konvensional.

Tak hanya itu, menurut Riwin, saat melakukan survey di lapangan, siswa juga bisa belajar berempati. Dia mengatakan, saat siswa melihat kehidupan masyarakat kelas bawah, hati mereka akan terketuk. "Bahkan mereka melaksanakan bakti sosial. Mereka sampai membawa bahan makanan untuk diserahkan kepada narasumber yang memang membutuhkan," katanya.

Riwin sendiri baru tahu saat menyaksikan video dokumentasi siswa. Menurut dia, itu merupakan pendidikan
karakter. "Insya Allah ke depan saya kepingin mengembangkan menjadi KIR. Kami akan buka ekskul bagi siswa yang minat terhadap karya ilmiah," katanya. (Pernah dimuat di Tribun Jateng)


























Post a Comment for "Profil SMA Walisongo Semarang"