Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Profil SMA Karangturi Semarang

Galakkan Program Semua Anak Baik, Berbakat dan Bisa Naik Kelas

Untuk tahun pelajaran 2014/2015 kali ini, pembelajaran di SMA Karangturi Semarang lebih menitikberatkan pada pendidikan karakter. Hal itu sebagaimana disampaikan Humas Sekolah Nasional Karangturi, Irawan Nirwanto. Menurut dia, mencetak siswa pandai saja belum cukup. Apalagi kemajuan teknologi saat ini luar biasa.

"Perkembangan teknologi membuat karakter anak berubah," katanya saat ditemui di kantornya, Kamis (10/7).

Dia mencontohkan, dewasa ini internet bebas diakses. Hampir semua anak memiliki fasilitas untuk mengaksesnya. Menurutnya, saat waktu kosong anak lebih asyik sendiri dengan gadget. "Dengan benda sekecil itu mereka bisa menjawab apa saja. Kemajuan itu memengaruhi proses pendidikan karakter anak. Mereka jadi egois, tak menghormati dan menghargai orang lain," ujarnya.


Dia menyebutkan, untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolahnya, Sekolah Nasional Karangturi menerapkan program 3B. Yaitu, semua anak baik, berbakat dan bisa naik kelas. Menurut Irawan, program tersebut terimplementasi dalam pembelajaran di kelas atau kegiatan yang diadakan di sekolah.

Irawan mengatakan, untuk mengajak semua siswa menjadi baik, pihaknya mengajak siswa untuk mencintai bangsa dan sekolah. Misalnya, setiap Senin semua siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars Karangturi. Meskipun tak ada agenda upacara, semua siswa tetap menyanyikan lagu dengan sikap yang benar.

Dia melanjutkan, sekolah juga melakukan pembinaan rohani bagi semua siswa sesuai dengan keyakinannya masing-masing. "Untuk anak-anak Islam bisa belajar pendidikan Islam. Begitu juga anak-anak yang beragama Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu," katanya.

Menurut Irawan, pembinaan keagamaan di sekolahnya lebih mengutamakan bagaimana hubungan antara umat beragama atau toleransi terhadap sesama. "Kami jarang mengadakan perayaan hari besar di sekolah. Sebab sekolah tempat belajar. Kalau aktivitas yang keagamaan tetap kami dukung. Misalnya perayaan natal di gereja bukan di sekolah," jelasnya.

Dengan begitu, katanya, tak ada kesan pilih kasih. Sebab merayakan peringatan keagamaan dilakukan di tempat ibadah masing-masing.

Penerapan pendidikan karakter lainnya meliputi kegiatan membasuh kaki orangtua. Irawan mengatakan, pada saat wisuda, ada acara khusus untuk siswa membasuh kaki orangtua. Hal itu untuk merekatkan hubungan antara anak dan orangtua.

Sementara itu, program semua siswa berbakat dilakukan lantaran sekolah menyadari kemampuan anak di samping akademis, anak juga memiliki bakat yang bisa dikembangan.

"Kami memberikan kemudahan untuk anak berbakat. Bentuknya bukan beasiswa melainkan dalam bentuk keikutsertaan dalam berbagai ajang lomba. Mereka juga akan dilayani usai mengikuti lomba. Misalnya, akan kami fasilitasi untuk pelajaran-pelajaran yang ketinggalan melalui pelajaran tambahan," katanya.

Irawan menyebutkan, untuk melayani siswa berbakat, pihaknya menyediakan sebanyak 25 cabang ekskul yang meliputi bidang olahraga, kesenian dan klub. "Sekolah tak hanya menginginkan siswa memilih ekskul itu, kalau bisa menghasilkan prestasi," katanya.

Dia mengungkapkan, hasil pembinaan ekskul selama ini menghasilkan prestasi yang cukup banyak. Misalnya, tim basket baru-baru ini menjuarai lomba tingkat Jateng. Tim paduan suara, cheerleader, wushu, band dan klub olimpiade juga sering memeroleh juara baik tingkat provinsi maupun nasional.

"September mendatang, ada empat siswa yang maju dalam olimpiade sains nasional. Dua siswa mengikuti olimpiade matematika dan dua lagi olimpiade komputer," ujarnya.

Adapun, untuk program semua siswa bisa naik kelas, sekolah menekankan pada proses pembelajaran. Menurut Irawan, sekolah menyadari setiap anak memiliki kecepatan pemahaman yang berbeda. Untuk itu, anak-anak yang kurang secara akademik akan memeroleh pendampingan guru.

Dia menyebutkan, ada sejumlah 65 guru profesional yang siap membimbing siswa. "Bisa naik itu bukan identik dengan semua siswa bisa naik meskipun nilainya jelek. Tapi kuncinya adalah proses pembekajaran yang dikuatkan," katanya.

Belajar Sains Model Pembelajaran SETS

Pembelajaran akan menarik bagi siswa jika pembelajaran tersebut bermakna. Yaitu, pembelajaran yang memberikan manfaat bagi kehidupan siswa. Setidaknya hal itulah yang menjadi prinsip guru Kimia SMA Karangturi, Susena. Untuk itu dia menerapkan model pembelajaran Sciences Environment Technology and Society) SETS.

"Saya sudah beberapa tahun terakhir menerapkan model pembelajaran ini. Tepatnya, sejak 2010 yang lalu," katanya kepada, Kamis (10/7).

Susena mengatakan, model pembelajaran tersebut untuk pendekatan mapel IPA. Melalui pembelajaran tersebut, dia mencoba memberikan pemahaman empat ranah, yaitu sains, lingkungan, teknologi dan sosial. Menurutnya, dalam memberi pelajaran, pembelajaran sains memeroleh porsi lebih besar.

Dia mencontohkan, pembelajaran materi ikatan air, yaitu H2O. Untuk menjelaskan kepada siswa bagaimana ikatan air itu, dia memanfaatkan tayangan. Dia juga menjelaskan aspek lingkungan pengelolaan air. Air minuman mineral misalnya. Susena akan menceritakan tentang pengelolaan air yang baik, yaitu tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Begitu juga kemasan plastiknya. Kemasan yang tak terpakai bisa dimanfaatkan lagi untuk kegiatan pembelajaran. Pada fase ini, Susena memasuke ranah teknologi. Dia menjelaskan hal ihwal plastik. "Plastik itu dibuat dari minyak bumi. Saya jelaskan kepada siswa bagaimana plastik diolah lagi menjadi minyak," katanya.

Tak berhenti di situ. Susena juga menjelaskan bagaimana proses air minum mineral kemasan bisa sampai ke meja makan. Menurut dia, mulai dari pengelolaan hingga distribusi melibatkan banyak pihak. "Dengan mengerti proses ini, siswa bisa belajar menghargai. Sehingga membentuk karakter anak untuk menghemat air," katanya.

Menurut Susena, sebelum menyampaikan suatu topik pembelajaran, dia selalu mengeksplore apa saja manfaatnya bagi kehidupan siswa. Sehingga, untuk menyiapkan pembelajaran dia membutuhkan banyak waktu.

"Sekarang sudah disediakan fasilitas lengkap. Mencari informasi apa pun cukup mudah," katanya.
Dia mengatakan, seorang guru menghadapi siswa, bukan benda mati. Untuk itu keberhasilan seorang guru di kelas adalah membuat para siswa respek. Pembelajarannya bermakna bagi siswa. Menurut dia, jika siswa memberikan respons positif, proses pembelajaran akan menjadi menyenangkan. "Memang guru harus kreatif agar anak respek," katanya.

Menurut dia, sebelum menggunakan model SETS, hasilnya jauh berbeda. Model SETS dinilainya lebih lengkap. Melalui model pembelajaran itu pula siswa-siswinya bisa berprestasi. "Tahun kemarin memeroleh medali perak pada olimpiade sains nasional Kimia," katanya.

Untuk mendukung pembelajarannya itu, Susena bahkan menyusun buku ajar sendiri. dalam buku tersebut, foto-foto kegiatan siswa saat belajar ditampilkan. Hal itu menurutnya agar anak merasa memiliki. "Dengan begini akhirnya anak merasa terkesan dan bangga," katanya.

Testimoni Siswa
Clarissa Angela Chionardes (16) (Siswi SMA Karangturi Semarang)
Pernah Juara Nasional Desain Jembatan

Pembelajaran di SMA Karangturi Semarang menuntut Clarissa Angela Chionardes (16) belajar kreatif. Dia juga termotivasi untuk menghasilkan prestasi. Siswi kelas XII IPA itu mengatakan saat memasuki kelas XI, dia mencoba mengikuti lomba desain jembatan yang diadakan oleh Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Dalam lomba bertajuk "Bridge Competition" itu, dia bersama dua orang temannya. "Kelompok kami membuat desain dan miniatur jembatan. Namanya jembatan curva ture," katanya, Kamis (10/7).
Gadis yang biasa disapa Lala itu mengatakan, ide membuat desain tersebut terinspirasi saat browsing di internet. Dia mencari informasi desain jembatan yang kokoh seperti apa. "Kami mencari data sampai tiga hari. Akhirnya kami temukan model jembatan yang mirip parabola," katanya.

Dia mengatakan, di sekolah dia bersama tim latihan mendesainnya menggunakan stik eskrim. Setelah karyanya dikirim dalam lomba tersebut, ternyata Lala dan tim masuk finalis 15 besar tingkat nasional.
"Kami lalu diundang ke Undip untuk presentasi. Kami menjelaskan spesifikasi dan yang berbeda apa," kata dara kelahiran Semarang, 29 september 1997 itu.

Esok harinya, tim dites untuk membuat miniatur jembatan dari bahan stik eskrim, lidi dan lem. "Kami membuat selama tiga jam. Persis ketika kami latihan," katanya.

Setelah itu, dilakukan pengujian. Jembatan yang mampu menampung beban paling banyak dan masih kokoh
lah yang menjadi pemenang. "Ternyata milik kami yang masih kokoh. Tim kami juara satu," kata gadis yang tinggal di Gayamsari itu. (pernah dimuat di Tribun Jateng)



































Post a Comment for "Profil SMA Karangturi Semarang"