Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Profil SMA Istindo Semarang

Bekali Siswa Keterampilan Berwirausaha

SMA Institut Indonesia (Istindo) merupakan sekolah swasta di Kota Semarang yang tak hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik secara umum. Siswa-siswi di sekolah tersebut juga berkesempatan menempa potensi non akademik di bidang kewirausahaan yang dimiliki.

Kepala SMA Istindo Semarang, Wahyana melalui staf gurunya, Sukaryana menyampaikan, SMA yang dikelolanya itu merupakan satu-satunya SMA plus di Kota Semarang. Dia mengatakan, SMA tersebut juga membekali siswa berbagai skill yang bisa dipakai untuk berwirausaha yang diterapkan sejak 2009.

"Kami hanya membekali anak apabila tak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka sudah memiliki skill yang bisa dikembangkan," katanya saat ditemui di kantornya.


Menurut dia, ada beberapa keterampilan berwirausaha yang dikembangkan pihak sekolah. Dia
menyebutkan, di antaranya, teknik percetakaan dan sablon, tata boga/ kuliner, fotografi dan perakitan komputer. "Bekal ini bisa dipakai siswa saat terjun ke masyarakat nanti," katanya.

Menurut Sukaryana, bagaimanapun jalan para lulusan berbeda-beda. Bagi siswa yang bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi diharapkan bisa sesuai dengan tujuan utama sekolah di SMA. Adapun, bagi siswa yang tak bisa melanjutkan tentu tak akan kebingungan lantaran sudah memiliki bekal. "Anak-anak kami saat lulus banyak yang mengembangkan keterampilan mereka," katanya.

Menurut dia, dalam praktiknya, pembelajaran keterampilan kewirausahaan yang dimaksud dilaksanakan di luar jam sekolah. Dia mengatakan, kegiatan tersebut boleh diikuti oleh siswa kelas X dan XI. Siswa kelas XII tidak ikut lantaran fokus untuk menghadapi ujian nasional (Unas). "Program ini tergantung minat siswa.

Mereka tak harus mengikuti semua. Yang mau silakan diikuti, tetapi tidak juga tidak apa-apa," katanya.
Meski begitu, ada beberapa pembelajaran tambahan yang wajib diikuti siswa-siswi SMA Istindo Semarang, yaitu kegiatan keagamaan, TOEFL dan keterampilan komputer.

Sukaryana mengatakan, melalui kegiatan pembelajaran tambahan TOEFL, pihaknya ingin membekali siswa keterampilan berbahasa yang baik. Begitu lulus, siswa sudah mengantongi piagam atau sertifikat TOEFL yang bisa digunakan untuk berbagai hal. Seperti mendaftar beasiswa dan sebagainya. "Soal ini kami bekerjasama dengan Unisbank Semarang," katanya.

Adapun, pembinaan akademik siswa di SMA Istindo Semarang juga dilakukan secara intensif. Guru Bimbingan Konseling, Abdul Rosyid mengatakan, pihak sekolah memberlakukan kelas penanganan kelas unggul dan kelas olimpiade.

Dia menyebutkan, untuk kelas penanganan unggul, siswa yang ikut tak harus pandai melainkan siswa memiliki kemauan untuk ditangani secara unggul. "Dalam kelas ini siswa harus meninggalkan beberapa pantangan, yaitu tidak boleh mencontek, membolos dan terlambat," katanya.

Dia mengatakan, untuk bergabung pada program tersebut, pihak sekolah memberikan penawaran kepada siswa baru maupun orangtua. Menurutnya, pihak sekolah tak mengacu pada hasil nilai Unas siswa melainkan kesungguhan siswa. Dia menyebutkan, untuk kelas unggul yang diteapkan di kelas X biasanya mencapai empat rombongan belajar (rombel).

Sementara itu, untuk kelas olimpiade diterapkan di kelas XI. Kelas ini diikuti oleh siswa yang masuk dalam 30 besar terbaik di sekolah. Mereka dikumpulkan dalam satu kelas. "Di kelas ini, siswa memeroleh tambahan pelajaran olimpiade dan pengetahuan karya ilmiah," katanya.

Dengan bekal menulis karya ilmiah tersebut, siswa kelas olimpiade dituntut menghasilkan karya setiap semesternya. "Satu semester satu project," kata Rosyid.

Siswa Bisa Jalankan Bisnis Percetakaan Sambil Belajar

Guru pengampu kewirausahaan SMA Institut Indonesia (Istindo) Semarang, Abdul Rosyid mengatakan, sembari belajar di sekolah siswa-siswi yang mengikuti kegiatan tambahan kewirausahaan bisa mempraktikkan langsung. Rosyid yang kebetulan mengampu pelajaran tambahan teknik percetakan dan sablon mengajak para siswa untuk berbisnis meskipun dalam skala kecil.

"Di sekolahan sudah ada laboratorium percetakan sablon. Anak-anak bisa praktik langsung," katanya.
Menurut dia, melalui kegiatan tambahan tersebut, mulanya siswa diajarakan membuat desain terlebih dulu.
Siswa juga memeroleh sedikit teori dan pengetahuan hal ihwal dunia percetakan. "Bahan dasarnya apa. Medianya apa, kertas atau kaus. Manual atau cetak. semua kami ajarkan," katanya.

Untuk membuat desain yang baik, siswa dibekali kemampuan mengoperasikan software desain grafis, seperti coreldraw, photoshop dan sebagainya. "Ya, meskipun hanya sederhana, mereka bisa mengembangkannya sendiri. Biasanya anak-anak justru lebih kreatif," katanya.

Rosyid mengatakan, pembelajaran teknik percetakan dan sablon juga bertahap. Untuk siswa kelas X hanya dikenalkan teknik percetakan manual. Menurut dia, jika siswa langsung dikenalkan teknik percetakan mesin, justru tak akan bagus hasilnya. "Kalau sudah bisa menguasai teknik manual, baru kami kenalkan pakai mesin," katanya.

Tahapan selanjutnya, utl siswa kelas XI lebih mendalami materi desain grafis. "Kami juga ajarkan cara membuat bahasa marketing yang baik. Bagaimana merancang pamlet yang menarik. Yang ditonjolkan apa. Misalnya brosur rumah makan atau lainnya," katanya.

Menurut dia, biasanya praktik kewirausahaan percetakan dilakukan sepulang sekolah sebagaimana kegiatan ekskul. "Kami laksanakan seminggu dua kali pertemuan. Ada sekitar 30 siswa yang aktif," katanya.

Menurut Rosyid, hingga saat ini sejumlah siswa bahkan sudah sering menerima order berupa pembuatan pamflet maupaun stiker. "Kebanyakan anak-anak hanya melayani jasa desainnya. Untuk percetakan bisa kerjasama dengan pihak ketiga," katanya.

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam bidang tersebut, sekolah memberlakukan ujian praktik. Saat ujian, siswa diberi pilihan memakai bahan dasar kertas, plastik dan kaus. Sekolah akan memberikan sertifikat berdasarkan hasil ujain tersebut. "Anak-anak perkembangannya sangat cepat. Imajinasinya lebih tinggi. Asal ada yang mengarahkan, mereka pasti bisa," kata Rosyid.

Dalam berbisnis, Rosyid mengimbau agar siswa membuat produk-produk yang positif. Pasalnya, tak sedikit sekarang bermunculan desain-desain baik kaus maupun stiker yang bernada negatif. "Anak-anak mending kami arahkan untuk membuat kata-kata bijak yang didesain keren," katanya.

Rosyid mengatakan, untuk memotivasi siswa, pihak sekolah juga menggelar lomba desain poster tahunan. Hasilnya, biasanya dipamerkan di lingkungan sekolah.

Satu-satunya Sekolah yang Membuka Ekskul Modelling

Guru SMA Institut Indonesia (Istindo) Semarang, Sukaryana menyampaikan, pembinaan prestasi bidang non akademik siswa terus ditingkatkan. Menurut dia, pihak sekolah menyediakan berbagai pilihan kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) yang bisa diikuti siswa. Dia menyebutkan, ada sejumlah 16 cabang ekskul. Yaitu, band, pencak silat, karawitan, paskibra, pramuka, komputer, fashion dan modelling, menjahit, modern dance, paduan suara, BTA, MC dan boarding casting, olahraga, tari tradisional, bahasa Inggris dan teater.

Dia mengungkapkan, di antara itu yang paling menonjol adalah ekskul modelling. Menurut dia, satu-satunya SMA di Kota Semarang yang mengembangkan ekskul modelling hanyalah SMA Instindo. Pengelolaannya juga dilakukan secara profesional. "Dalam sertifikasi, kami menggandeng sekolah model di Kota Semarang," kata Sukaryana yang juga pengampu ekskul fashion dan modelling itu.

Dia mengatakan, ekskul modelling juga sudah beberapa kali menjuarai lomba fashion, baik di tingkat Kota Semarang maupun provinsi. Bahkan, siswanya pernah meraih juara II nasional dalam ajang lomba wajah pengantin. Juga lomba kenang 2014 Kota Semarang dan menjadi bintang iklan Garuda pada 2011 yang diputar di Eropa.

Karena ketekunan Sukaryana itulah pada 14 Juni 2011 dia memeroleh penghargaan sebagai pemenang "Aktivitas Terbaik Citi Succes Fund 2010". Dia bersama-sama siswa membuat kreasi kain perca menjadi fashion yang memiliki daya jual tinggi.

"Kami akan terus pacu agar anak-anak semangat berprestasi," katanya.
Sejumlah siswa juga mampu unjuk gigi dalam berbagai ajang. Sukaryana menyebut, seringkali anak-anak didiknya memeroleh job dari agensi model di Kota Semarang.

Menurut Sukaryana, seja awal semua siswa boleh mengikuti. Selanjutnya. siswa-siswi yang menonjol akan digembleng menjadi tim inti. "Pembinaan inner beauty sangat kami tekankan. Merubah mindset menjadi cantik. Perawatan tubuh dari ujung rambut sampai kaki, semua kami ajari," ujarnya.

Bahkan, para siswa juga diajari untuk mendesain bajunya sendiri. Hasilnya pun menakjubkan, kreativitas para siswa terus terasah seiring adanya berbagai macam perlombaan modelling. Mereka bisa tampil mengenakan desain fashion sendiri.

"Untuk modelling latihan dilaksanakan setiap Senin dan Selasa. Saat ini ada 60 siswa yang aktif dalam ekskul ini," ungkap sukaryana. (Pernah dimuat di Tribun Jateng)


































Post a Comment for "Profil SMA Istindo Semarang"