Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Prof Purwanto Impikan ke Eropa sejak Kelas Tiga SD

"Kalau kita kepingin mencapai sesuatu, mimpikanlah. Karena mimpi yang selalu di dalam pikiran akan menjadi daya dorong untuk mencapainya. Jadi bukan sekadar motivasi."
Demikian disampaikan oleh guru besar Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip), Prof Purwanto (53). Dia mengatakan, sejak masih duduk di bangku kelas tiga SD dia kepingin belajar dan suatu saat mengenal dunia Eropa. Keinginan itu selalu diimpikannya, meski Purawanto tahu diri dia hanyalah orang desa.
Dia mengungkapkan, keinginan itu muncul usai mengikuti pelajaran sejarah di kelas. Saat itu kebetulan dia dan teman-temannya tengah mempelajari sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. "Kenapa Belanda bisa datang ke Indonesia. Kenapa kita tak bisa?," ujarnya.
Purwanto sejak kecil memang memiliki hobi mengenal negara-negara lain. Juga mengenal daerah yang meliputi keanekaragaman dan kulturnya. Dari hobi itu dia salurkan untuk membaca sejarah bangsa-bangsa di dunia. Hal itu dia lakukan hingga sekarang. "Saya juga sering nonton film bernuansa sejarah, seperti cerita Mahabarata," katanya.

Selepas lulus SMA, lelaki kelahiran Demak, 28 Desember 1961 itu pun lalu melanjutkan pendidikannya di Teknik Kimia Undip dan lulus pada 1985. Selanjutnya, cita-citanya untuk belajar di Eropa akhirnya kesampaian. Dia mengambil studi S2 dan S3 di Perancis.
"Itu yang menjadi keinginan dan motivasi saya. Saya tak pernah melihat kemampuan saya dari sisi ekonomi. Menjadi dosen sangat berpeluang untuk melanjutkan studi di manapun," kata Bapak empat anak itu.
Meski begitu, perihal pencalonannya sebagai rektor Undip tahun ini bukan termasuk yang diimpikannya. "Saya ikut mencalonkan diri karena dorongan dari teman-teman. Kemudian juga dukungan dari fakultas. Bagi saya, jabatan utama seorang dosen adalah jabatan akademik. Sekarang saya sudah menjabat sebagai guru besar," katanya.
Adapun jabatan sebagai dekan hingga rektor baginya itu hanyalah tugas tambahan. "Karena jabatan rektor itu satu orang, siapapun yang akan jadi harus didukung," ungkapnya.
Prof Purwanto sendiri mengaku memang tak mengincar jabatan sebagai rektor. Namun, jika dia memeroleh amanat untuk mengemban tugas itu, dia akan bersinergi dengan semua stakeholder untuk membesarkan Undip. Menurutnya, kemajuan universitas tak tergantung pada sosok rektor saja, melainkan juga butuh peran dari dosen, karyawan dan mahasiswa.
"Ya, harus dilaksanakan sebaik-baiknya," kata dia.
Prof Purwanto mengatakan, tantangan ke depan perguruan tinggi adalah menghadapi globalisasi. Dia menyebutkan, mulai tahun depan akan dilaksanakan masyarakat ekonomi ASEAN. Menurut dia, hal itu merupakan peluang sekaligus ancaman.
Menurut dia, globalisasi akan menjadi peluang jika semua orang mulai berpikif secara regional dan global. Contoh kecil, persentasi hasil penelitian bisa dilakukan di kawasan ASEAN dan internasional. Begitu juga untuk penulisan artikel bisa melalui jurnal internasional.
"Perguruan tinggi harus bisa menghasilkan lulusan berwawasan global. Paling tidak berwawasan regional ASEAN. Kalau semua itu tak terjawab akan menjadi ancaman," katanya lelaki yang tinggal di Pedurungan itu.
Sumber Tribun Jateng

@arif_srabilor











Post a Comment for "Prof Purwanto Impikan ke Eropa sejak Kelas Tiga SD"