Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Prof Imam Pernah Diuji Enam Profesor di Jerman

Tahun ini Universitas Diponegoro (Undip) Semarang kembali mengukuhkan seorang Guru Besar. Adalah Prof Dr rer Nat Imam Buchori ST yang merupakan Guru Besar pertama di bidang Ahli Perencanaan Wilayah Kota yang dimiliki Undip.
Prof Imam Buchori lahir di Temanggung pada 23 November 1970. Dia dibesarkan di tengah keluarga guru. Kepada Tribun Jateng, dia mengungkapkan orangtuanya adalah seorang guru SD. Begitu juga kakek dari ibunya yang juga seorang guru semasa pendudukan Belanda dahulu. "Saya pikir, setelah saya lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) enak juga jadi guru," kata alumnus jurusan Planologi ITB tahun 1993 itu, Minggu (21/9).

Prof Imam mengatakan, sejak muda dia memang tertarik mendalami kajian planologi. Menurut dia, jurusan tersebut semasa itu masih langka. Di Indonesia baru ITB yang membuka. Sedangkan Undip sendiri baru membuka pada 1992. Karena itu, Prof Imam mendalami kajian itu.
"Begitu lulus saya ketemu dengan Prof Eko Budihardjo (alm), saya lalu ikut menjadi dosen di Undip. Tahun 1995 saya memeroleh SK pegawai negeri di Undip," katanya.
Kemudian, pada 2001 Prof Imam melanjutkan S3 di Universitas Vechta, Jerman. Dia mengatakan, sebelumnya dia tak menempuh jenjang S2. Menurut dia, saat di ITB dia merupakan lulusan terakhir yang masih menggunakan sistem 163 SKS. Setelahnya hanya 144 SKS.
"Dulu, di Jerman untuk beberapa kasus bisa langsung melanjutkan S3. Di Jerman saya nego dengan profesor agar langsung melanjutkan S3. Sebab, semasa S1 saya sudah banyak mengambil SKS," katanya.
Akhirnya, permintaan Prof Imam saat itu dikabulkan. Namun dengan satu syarat, yaitu diuji terlebih dahulu. Dia mengungkapkan, saat itu ada sebanyak enam profesor yang mengujinya. Dia ditanya berbagai hal terkait kajian perencanaan wilayah kota. Lantaran sudah bertahun-tahun menggelutinya, pertanyaan itu menurutnya cukup mudah. "Pertanyaannya relatif bisa dijawab. Kebetulan saya memiliki banyak pengalaman penelitian selama di Undip," katanya.
Akhirnya, Prof Imam pun lolos dan langsung menjadi kandidat doktor. Dia lulus program doktoral pada 2005.

Adapun, Prof Imam telah menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar di hadapan Rapat Senat Terbuka yang digelar di gedung Prof Soedarto SH, kampus Undip Tembalang pada Sabtu (20/9) lalu.
Menurut catatan Undip, Imam Buchori merupakan Guru Besar yang ke-101 di jajaran Senat Aktif Undip. Dia merupakan guru besar bidang Perencanaan Wilayah Kota Undip yang memiliki riwayat pendidikan linear dari S1 hingga S3. Sebelumnya memang sudah ada sejumlah nama, seperti Prof Eko Budihardjo (alm) dan lainnya. Namun kebanyakan pendidikan S1 mereka adalah arsitektur.
Dalam pidatonya, Prof Imam memaparkan hasil kajiannya tentang Sistem Informasi Tata Ruang Wilayah dan Kota Berbasis Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG): Tinjauan dari Aspek Perencanaan Substanstif dan Prosedural.
Imam memaparkan, hasil kajian penggunaan SIG bersama lima pilar geomatika untuk perencaan substantive mencakup aplikasi-aplikasi dalam berbagai sektor dalam tata ruang wilayah dan kota. Dia menyebutkan, di antaranya sektor fisik, kependudukan, sosial ekonomi, lingkungan, sarana dan prasarana wilayah dan kota. Menurut bapak tiga anak itu, perkembangan aplikasi tersebut kini mampu mengadopsi logika berfikir disiplin ilmu lain.
Dia berharap, kajian Perencanaan Wilayah Kota semakin diminati dan dibutuhkan masyarakat. "Saat ini saya masih aktif di Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia. Saya bersama para pakar lainnya aktif melakukan penelitian untuk diaplikasikan di etngah masyarakat," katanya.
Tak hanya itu, dia juga aktif melakukan riset bersama dengan sejumlah peneliti asing, seperti penelitian bersama University of Quessland Australia yang kini tengah berlangsung.
Rektor Undip, Prof Sudharto P Hadi mengatakan, pengukuhan Prof Imam sebagai Guru Besar kali ini merupakan yang ketiga pada 2014 dan merupakan Guru Besar keempat yang dikukuhkan di tahun ini.
"Pada tahun 2013, kami mengukuhkan 12 Guru besar, setiap bulan lahir seorang Guru Besar dari garba ilmiah Undip ini. Ternyata sampai bulan September 2014 kita baru mengukuhkan empat Gubes," katanya.
Dia menyebut, Prof Imam Buchori adalah pria pemberani. Pasalnya biasanya setiap kali pengukuhan selalu bersamaan dengan satu atau dua orang Gubes yang lain. "Hanya harimau yang berani berjalan sendirian. Para politisi saja sibuk mencari mitra koalisi," ujar dia.
Sumber Tribun Jateng

@arif_srabilor














Post a Comment for "Prof Imam Pernah Diuji Enam Profesor di Jerman"