Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membaca Gagasan Prof Fathur Rokhman tentang Kampus Rumah Ilmu

Kampus memiliki banyak peran dalam kehidupan masyarakat dan bangsa. Namun, peran kampus sebagai institusi keilmuan harus menjadi yang utama. Sebab, khitah perguruan tinggi yang sebenarnya adalah sebagai rumah ilmu.

Demikian disampaikan Prof Dr Fathur Rokhman MHum dalam buku terbarunya berjudul "Membangun Rumah Ilmu". Menurut dia, perguruan tinggi dibangun dari keilmuan. Untuk itulah semua geliat, pemikiran, sikap dan langkah warga kampus harus didasarkan atas ilmu pengetahuan. Perguruan tinggi, lanjut dia, juga harus bisa merespons permasalahan di tengah masyarakat dan terus membangun budaya keilmuan.

Adapun, buku mungil tersebut merupakan sebuah kumpulan gagasan-gagasan yang pernah ditulis Prof Fathur selama menjabat sebagai Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes). Di tengah kesibukan sebagai akademikus dan birokrat, Prof Fathur selalu menyempatkan waktunya untuk menuangkan ide-ide konstruktifnya dam sebuah tulisan.

Dia menganggap, menulis adalah olahraga yang menyehatkan. Membaca dan menulis menurut dia sebagai hiburan di tengah rutinitas akademik yang tiada habisnya. "Saya selalu menyempatkan menulis saat di mobil. Saya membawa banyak buku di mobil," katanya kepada Tribun Jateng, Jumat (5/9).

Menurut Prof Fathur, tradisi literasi berkorelasi dengan kemuliaan. Dia menyebutkan, ketika seseorang memiliki tradisi literasi yang tinggi, maka kemuliaan orang tersebut juga akan tinggi. "Begitu juga bangsa. Pemenuhan kebutuhan bangsa itu melalui peningkatan tradisi literasi. Agama juga mengatakan kalau ingin meraih dunia dengan ilmu, meraih akhirat juga dengan ilmu. Jika ingin kedua-duanya juga dengan ilmu," katanya.

Dia menyayangkan, tradiis literasi di kalangan muda dewasa ini memudar. Hal itu terlihat dari fenomena mengkeroposnya minat baca generasi muda. "Mereka cenderung memilih cara instan," ujarnya.

Prof Fathur menyebutkan, dalam buku tersebut terdapat 19 tulisan. Seluruh tulisan itu lahir berdasarkan pengalaman penulis saat memimpin universitas berjuluk konservasi itu. Prof Fathur selama tujuh tahun pernah menjabat sebagai pembantu rektor bidang pengembangan dan kerja sama. Profesor sosiolinguistik itu juga pernah mengetuai lembaga penelitian di kampusnya.

Sebagai peneliti sekaligus praktisi pendidikan, menyusun buku ini layaknya memadukan teori dan realitas. Dalam tulisan "Perguruan Tinggi untuk Transformasi" misalnya, Fathur mengajak pembaca menziarahi gagasan Ivan Illich, Friere dan bahkan Edward Said. Ia menguraikan bahwa peran pendidikan tinggi harus berkontribusi memperbaiki kehidupan masyarakat.

Di tulisan lainnya, ia membahas persoalan praktis yang kerap dihadapi perguruan tinggi. Misalnya, soal hubungan kampus dengan pesantren, tentang kurikulum 2013, dan tentang meningkatkan kapasitas dosen.

Menurutnya, buku ini dilahirkan sebagai sarana dialog keilmuan antara dirinya dengan pembaca. Ia mencoba menawarkan konsep agar direspons masyarakat. "Dalam dunia akademik, aksara atau tulisan perannya penting sekali. Aksara menandai peradaban baru, yang kerap kita sebut peradaban literasi. Aksara membuat gagasan-gagasan menjadi renungan lebih berkesan. Aksara juga mewakili niat baik sesama untuk berbagi satu sama lain," katanya.

Diakuinya, sebagai karya kompilatif yang menghimpun berbagai gagasan, buku "Membangun Rumah Ilmu" memiliki beberapa kekurangan. Dia menyebutkan, argumentasi yang dibangun pada satu tulisan terkadang tidak cukup lebar untuk menghasilkan kesimpulan.

"Namun begitu, saya berharap tulisan-tulisan ini dapat menggugah inspirasi para pembaca," katanya.

Penerbitan "Membangun Rumah Ilmu" memperpanjang daftar buku yang telah ditulis Prof Fathur. Sebelumnya, ia pernah menerbitkan buku "Sikap Bahasa Santri" (2001), "Pemilihan Bahasa Masyarakat Banyumas" (2003) dan "Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa Pada Masyarakat Multikultural" (2013).

Selain buku, beberapa artikel juga terbit di jurnal nasional dan internasional, antara lain Jurnal Lingua Artistika, Linguistik Indonesia, Linguistik, Procedia-Social and Behavioral Sciences, dan Asian EFL Journal International.

Sumber Tribun Jateng Minggu (7/9/2014)

@arif_srabilor

Post a Comment for "Membaca Gagasan Prof Fathur Rokhman tentang Kampus Rumah Ilmu"