Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud) untuk mengevaluasi kurikulum pendidikan saat ini perlu diapresiasi. Ya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang berlaku sekarang belum bisa menjawab persoalan yang muncul di masyarakat. Kasus tawuran antar pelajar misalnya, masih marak di mana-mana. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar, apakah pendidikan karakter yang digemborkan selama ini kurang?
Dalam evaluasi tersebut, meliputi standar isi, proses, evaluasi, dan kompetensi. Setidaknya, dengan melakukan evaluasi akan diketahui manakah mata pelajaran (mapel) yang relevan dengan kebutuhan sekarang. Pasalnya, mapel di sekolah memang cukup banyak. Di SMA misalnya, ada sekitar 17 mapel  yang harus dipelajari (Kompas, 3/9).
Dari sekian banyaknya mapel itu, memang perlu adanya koreksi. Mustahil mapel sebanyak itu dapat dikuasai semuanya oleh peserta didik. Kita lihat saja kemampuan berbahasa Inggris para peserta didik, mayoritas masih belum maksimal. Padahal, mapel Bahasa Inggris diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD). Bahkan di Taman Kanak-kanak (TK) ada yang sudah diajarkan. Tentu hal ini menjadi ironi yang tak boleh berlama-lama.
Penulis sepakat dengan pendapat Mendikbud, M Nuh yang mengatakan bahwa sekolah yang menerapkan full day cenderung lebih bagus hasilnya. Hal ini karena kegiatan peserta didik jelas dan tetap dalam pantauan guru. Hanya saja masih sedikit sekolah yang mampu menerapkan model ini.
Mumpung masih dalam proses pengkajian, hendaknya pemerintah menyiapkan kurikulum yang benar-benar cocok dengan kondisi bangsa ini. Tak perlu meniru gaya orang asing. Sebab, bangsa kita memiliki segudang potensi yang bisa dijadikan pedoman.
Kearifan Lokal
Semboyan Bhineka tunggal Ika hendaknya menjadi sumber inspirasi dalam melahirkan suatu kebijakan. Apalagi urusan pendidikan yang begitu krusial bagi bangsa ini. Semboyan tersebut tak lain adalah gambaran dari kondisi bangsa ini.
Ya, berbeda-beda tetapi tetap satu. Artinya, bangsa kita tak hanya terdiri dari segelintir suku saja. Tak hanya itu, bangsa kita memiliki kekayaan bahasa, budaya, dan kekayaan alam lainnya. Semuanya adalah aset berharga yang memenuhi hamparan nusantara ini.
Maka, sudah saatnya pendidikan kita diarahkan untuk itu. Potensi-potensi yang kita miliki seharusnya dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Tentu melalui sistem pendidikan yang baik. Yaitu pendidikan yang berbasis kearifan lokal. Pendidikan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekitar. Jika bangsa ini kaya akan budaya, maka jangan pisahkan pendidikan dari kebudayaan. Jika negeri kita kaya akan sumber daya alam, maka jangan didik bangsa kita kecuali untuk merawatnya. Ya, semua itu harus dipikirkan.

Post a Comment for "Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal"