Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ngabuburit dengan Jurnalistik

Akhir-akhir ini budaya menulis terus digalakkan. Tak hanya di sekolah, di pesantren pun tradisi menulis mulai digerakkan. Gerakan santri menulis melalui workshop maupun sarasehan jurnalistik secara intensif dilakukan di berbagai madrasah maupun pesantren.
Melihat hal itu, MA NU 03 Sunan Katong, Kaliwungu, tak mau ketinggalan. Senin (6/8) MA NU 03 Sunan Katong menggelar sarasehan jurnalistik dan buka bersama. Peserta meliputi dewan guru, tim PPL IAIN Walisongo, pengurus OSIS dan siswa perwakilan kelas.
 Acara yang bertempat di aula madrasah itu merupakan kerjasama Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)  MA NU 03 Sunan Katong dengan tim PPL  IAIN Walisongo Semarang. Abdul Arif, redaktur  senior SKM Amanat, didapuk sebagai pembicara. Acara dibuka oleh Waka Kurikulum MA NU 03 Sunan Katong, Heri supriyanto ST. Ia menyambut baik acara yang digelar tiap bulan Ramadan tersebut.
Arif mengatakan, budaya menulis di kalangan madrasah atau pesantren perlu dihidupkan. Ia menunjukkan, budaya menulis di kalangan ulama zaman dahulu sangat tinggi. Sebut saja Imam Syafi’i. Karya-karyanya seperti Al-Umm, Ar-Risalah dan lainnya sampai saat ini masih dikaji oleh santri-santri di pesantren. “Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” katanya mengutip perkataan sastrawan Pramoedya Ananta Toer.
Koordinator  tim PPL IAIN Walisongo, Ahmad Hasan berharap, dengan adanya sarasehan jurnalistik siswa madrasah terpicu untuk menulis. “Kebetulan di madrasah ini belum punya majalah sekolah. Semoga acara ini menjadi awal untuk menerbitkan majalah sekolah,” katanya.
-Abdul Arif, peserta PPL IAIN Walisongo Semarang

Post a Comment for "Ngabuburit dengan Jurnalistik"