Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengembalikan Martabat Warnet

Warung internet (warnet) mengalami disfungsi peran. Fasilitas untuk mengakses informasi itu beralih fungsi sebagai tempat mesum. Warnet terkesan tempat tak bermartabat. Ironisnya, para pelaku mayoritas adalah remaja yang masih bersekolah. Mereka memanfaatkan bilik-bilik warnet untuk melakukan tindakan asusila.
Pada November 2011 lalu sepasang remaja, siswa-siswi sebuah SMK di Pekalongan tertangkap basah sedang berbuat mesum di sebuah warnet oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Mereka ditangkap dalam keadaan tanpa busana di bilik nomor lima (SM 30/11/2011).
Kasus serupa terjadi pada awal Desember di Kota Semarang. Seorang siswa SMK mencabuli siswi SMP di sebuah bilik warnet. Bahkan siswa tersebut malah merekam adegan asusila itu dengan  video ponselnya. Dan bejatnya, video itu digunakan alat untuk memeras siswi SMP tersebut dengan ancaman akan disebarkan di internet (SM 27/12/2011).
Masih banyak lagi kasus remaja mesum di warnet. Kebanyakan mereka memilih warnet yang biliknya tertutup. Ya, dengan bilik yang tertutup para pengguna jasa warnet bisa leluasa browsing, chating, facebookan, dan bahkan berbuat mesum.
Menurut Nengah Bawa Atmadja (2010), perilaku seksual  pada kalangan remaja merupakan suatu kewajaran. Ia mengaitkan hal itu dengan perkembangan seks remaja. Hal itu ditandai dengan matangnya organ seks remaja dan perubahan fisiknya. Dengan begitu mereka akan menyalurkan hasrat seksnya dengan lawan jenis.
Nah, pacaran adalah salah satu strategi remaja untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Mereka bisa saling pandang, berpegang tangan, saling meraba, dan bahkan lebih dalam lagi. Ketika sampai pada level yang lebih dalam, mereka mencari tempat-tempat sepi untuk berpacaran. Dan yang favorit saat ini adalah bilik warnet.
Alih-alih browsing mencari informasi di warnet, para remaja melampiaskan hasrat seksualnya dengan pasangannya.
Warnet Sehat      
Selama ini upaya untuk menanggulangi kasus remaja mesum di warnet tidak maksimal. Pemerintah melalui Satpol PP hanya melakukan razia ke warnet-warnet. Meski ada yang terjaring razia, toh kasus serupa masih saja terulang lagi.
Di Tegal Satpol PP malah menutup dan menghentikan operasional sementara salah satu warnet setelah merazia empat pasang remaja sedang mesum. Tindakan semacam ini selain merugikan pengusaha jasa warnet  juga tidak akan menyelesaikan masalah.
Perlu tindakan preventif agar kasus serupa tidak terulang kembali. Tentu saja harus melibatkan banyak pihak. Sebab, pelajar adalah generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan masa mendatang. Maka pemerintah, pengusaha warnet, sekolah, dan  keluarga harus kompak.
Hendaknya pemerintah di setiap kota maupun kabupaten membuat regulasi baru yang mengatur usaha warnet. Contoh saja Bupati Jepara, Hendro Martojo yang dengan tegas mengimbau pengusaha warnet agar mencanangkan warnet sehat. Upaya tersebut telah dilakukan pada Juli 2010 lalu. Warnet sehat tersebut, sebagaimana anjuran Hendro Martojo dengan mendesain ruang warnet lebih terbuka dan memblokir situs-situs porno.
Dengan regulasi yang ketat, pengusaha jasa warnet tidak akan sembarangan menyediakan fasilitasnya untuk umum. Tentunya dengan kesepahaman bersama untuk menciptakan tempat akses informasi yang bebas pornografi.
Pengusaha jasa warnet perlu mendesain ulang bilik warnetnya. Hendaknya bilik-bilik yang ada dibuat terbuka agar pemantauan lebih mudah. Dengan keadaan yang terbuka, pengusaha warnet juga tidak akan khawatir kehilangan barang-barangnya. 
Selain itu sekolah juga harus proaktif memberi bimbingan dan pengarahan terhadap siswanya. Pendidikan seks remaja perlu diberikan kepada siswa-siswi agar mereka mengetahui seluk beluk reproduksi. Harapannya mereka tidak akan sembarangan bermain-main dengan seks.
Terakhir, keluarga hendaknya berperan penting mengawasi anaknya. Selama ini orang tua terlalu permisif terhadap perilaku anak. Membiarkan anak pergi dengan lawan jenisnya berkencan di rumah atau ke suatu tempat. Apalagi kalau keluarga sudah saling kenal, orang tua terlalu percaya.
Dengan regulasi yang ketat dari pemerintah, kerjasama pengusaha jasa warnet, dan pengawasan orang tua terhadap anaknya niscaya warnet kembali bermartabat.
-Abdul Arif, Sekretaris Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Amanat IAIN Walisongo, pemerhati masalah perempuan dan anak.

Post a Comment for "Mengembalikan Martabat Warnet"