Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berprestasi tanpa Narkoba dan Free Sex

Generasi muda bangsa ini semakin menuju titik nadir. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang semakin marak dan merusak tatanan moral. Narkotika dengan berbagai jenisnya telah meracuni kehidupan kalangan pelajar dan mahasiswa. Sunguh ironis, generasi terpelajar yang digadang sebagai pemimpin masa depan itu menjadi pecandu barang haram itu.
   Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan 50-60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah pelajar dan mahasiswa. Persentase itu dari jumlah pengguna narkoba yang berhasil dihimpun BNN, yaitu 3,8 samapi 4,2 juta orang.   
Hal itu diungkapkan oleh  pengelola  BNN Suswanto dalam Seminar Nasional yang bertajuk “Cerah Kampusku, Gemilang Prestasiku, tanpa Narkoba dan Free Sex.” Acara yang digelar pada Rabu (7/11/2012) itu berlangsung di gedung auditorium 2 kampus III. Ratusan peserta dari mahasiswa IAIN Walisongo dan sekitar turut hadir memadati ruangan.
Acara tersebut merupakan bentuk keprihatinan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo terhadap kasus narkoba yang menimpa pelajar dan mahasiswa.
Menurut Suswanto, kuantitas pengguna pelajar SMP masih rendah. Hal itu dikarenakan oleh perilaku pelajar SMP yang masih coba-coba. Pada tingkat SMA, pengguna narkoba semakin meningkat. Kuantitas pengguna narkoba meningkat drastis pada kalangan mahasiswa dan eksekutif muda.  
Memang peredaran obat-obatan terlarang dewasa ini sangat cepat. Suswanto mengatakan, negara Indonesia menjadi sasaran empuk bagi pebisnis obat-obatan terlarang itu. “Indonesia mendatangkan keuntungan besar. Harga sabu-sabu di Indonesia mencapai Rp 1-2 miliar. Sedangkan di negara tetangga, Malaysia hanya sekitar Rp 50-100 juta,” ungkapnya. Selain itu, tambah Suswanto, pintu masuk ke Indonesia pun terbuka. Hal ini disebabkan peralatan pengawasan masih manual dan sangat sederhana.    
Dalam kesempatan itu, hadir pula aktivis Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng Dwi Yunanto Hermawan. Ia menyampaikan problem free sex di kalangan remaja.  Menurutnya, aktivitas free sex disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, faktor budaya, keluarga, tekanan sebaya (peer presure), gaya hidup, dan teknologi.  “Remaja harus dilindungi dari informasi yang tidak benar, pengaruh teman sebaya yang tidak baik, dan gaya hidup yang negatif,” tegasnya. 
Menanggapi hal itu, pembicara yang lainnya ketua Gender Jateng  Jauharotul  Farida mengajak kepada segenap mahasiswa untuk menolak narkoba dan free sex. “No drugs and sex before married, my promise,” seru Farida diikuti ratusan mahasiswa.  Ia menilai, sex merupakan bagian dari nafsu. “Manusia memiliki tiga potensi, yaitu agama, akal, dan nafsu,” katanya. Ketiga potensi tersebut, tambah Farida, harus berjalan dengan seimbang.
Suswanto menyampaikan, upaya untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dengan langkah P4GN, yaitu pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Sedangkan Farida menekankan pada penguatan ketahanan mental dan spiritual dalam menyikapi serangan ataupun godaan semua hal yang dilarang. Dengan begitu, pelajar dan mahasiswa mampu berprestasi tanpa narkoba dan free sex. Sehingga mereka dapat melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini. 

-Abdul Arif, Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

Post a Comment for "Berprestasi tanpa Narkoba dan Free Sex"