Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Plus bagi Aktivis UKM


SUARA MERDEKA, 06 Oktober 2012

Kru SKM Amanat IAIN Walisongo Semarang tengah berdiskusi. (Dok. Amanat)
USAI kegiatan Ospek, di beberapa kampus marak dibuka stan-stan pendaftaran organisasi. Bagi mahasiswa lama tentu bukan perkara baru, tetapi bagi mahasiswa baru tentu menjadi hal yang belum pernah dilihat.

Organisasi-organisasi di kampus memang sudah ancang-ancang sejak awal untuk merekrut angota baru.  Sudah barang tentu mahasiswa baru yang menjadi target mereka  bakal mengalami dilema ketika ditawari bergabung.

Pasalnya,  tawaran-tawaran itu datang secara serentak. Mahasiswa juga belum siap menentukan pilihan organisasi mana yang bakal ia geluti. Butuh waktu untuk memilih satu dari organisasi yang beragam itu.

Kenyataan yang ada, tak sedikit mahasiswa yang mendaftarkan dirinya di sebuah organisasi sekadar coba-coba. Sebuah pilihan yang tak didasari tujuan dan orientasi yang jelas. Selain itu, ada juga mahasiswa yang bergabung organisasi karena  ikut-ikutan dengan kawan mahasiswa lainnya.

Mahasiswa harus bijak dalam memilih. Hendaknya pilihan untuk bergelut di organisasi didasari dengan niat pengembangan diri. Mahasiswa perlu meraba dirinya, potensi apa yang dimilikinya untuk bisa dikembangkan. Dengan begitu, mahasiswa tak akan salah orientasi.

Undang-Undang Perguruan Tinggi  (UUPT), pasal 77 mengamanatkan mahasiswa untuk berorganisasi. Dijelaskan, salah satu fungsinya adalah untuk mewadahi kegiatan mahasiswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi mahasiswa.

Ada dua istilah untuk organisasi di kampus: intra dan ekstra. Organiasasi intra merupakan organisasi kemahasiswaan yang berada di bawah  naungan birokrasi kampus. Organisasi intra terdiri atas Senat Mahasiswa (Sema), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sementara organisasi ekstra, bersifat independen. Ia berada di luar naungan kampus.

Dari berbagai macam organisasi itu, mahasiswa perlu menentukan mana organisasi yang sesuai. Jangan sampai di hari kemudian ada penyesalan karena salah memilih organisasi.

Mahasiswa perlu tahu, di antara organisasi-organisasi yang ada di kampus, hanya UKM yang berorientasi pada pengembangan bakat, minat, dan keterampilan mahasiswa. UKM pun banyak macamnya, ada yang bergerak di bidang penalaran, bidang minat khusus, bidang kesejahteraan, dan bidang kerohanian.

UKM menaungi mahasiswa yang memiliki kesamaan orientasi untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Sedikitnya ada dua keuntungan yang didapat mahasiswa ketika bergabung di UKM. Pertama, mahasiswa bisa belajar bagaimana berorganisasi yang baik, menjalin hubungan baik antaranggota UKM demi mewujudkan tujuan bersama.

Sarjana Plus
Kedua, bakat, minat, dan potensi mahasiswa bisa berkembang. Misalnya, seorang mahasiswa yang memiliki minat di bidang kepenulisan, dengan bergabung di UKM Jurnalistik, kepiawaiannya dalam menulis bisa semakin meningkat.

Memilih UKM sebagai tempat untuk mengembangkan potensi diri sangat tepat. Di tengah hiruk pikuk mahasiswa menjalani perkuliahan, aktivis UKM selalu meluangkan waktunya untuk menempa diri. Sebuah proses yang berbeda dari mahasiswa biasa yang hanya mengikuti kuliah saja. Selebihnya, waktunya habis untuk hura-hura dan belanja ke mal. Ah, betapa ironisnya mahasiswa seperti itu.

Tentu proses yang berbeda itu akan menghasilkan output yang berbeda pula. Jika mahasiswa selama hidup di kampus hanya berkutat dengan jadwal kuliah saja, maka kelak apa yang ia dapat adalah gelar akademis saja. Berbeda dari aktivis UKM, ia memiliki keahlian khusus sebagai hasil pengembangan bakat dan minatnya. Ia tak hanya lulus dengan gelar akademis, tetapi juga memiliki nilai plus.

Nilai plus itulah yang membedakan aktivis UKM dengan mahasiswa biasa. Ketika memasuki dunia kerja, mereka tak perlu hilir-mudik menjinjing surat lamaran kerja. Mereka punya keahlian khusus yang bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.

Penulis tak hendak mengajari berpikir pragmatis. Hanya mengingatkan, betapa pentingnya mengembangkan potensi diri. Dan UKM lah tempat yang baik untuk menempanya. Organisasi-organisasi lainnya tentu bagus sebagai pembelajaran, tapi hanya UKM yang membekali mahasiswa sesuai bakat dan minatnya.

Lagi-lagi soal pilihan. Masing-masing mahasiswa tentu berbeda pilihannya. Hanya saja, hemat penulis, ada satu hal yang perlu dipertimbangkan: kamu ikut organisasi itu dapat apa? (24)

-Abdul Arif, Pemimpin Umum Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat, mahasiswa  Tadris Matematika IAIN Walisongo Semarang.

Post a Comment for "Nilai Plus bagi Aktivis UKM"