Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Paimo Menaklukkan Pegunungan Andes

Okezone, Rabu, 5 September 2012 - 11:48 wib
 
Judul Buku : Bersepeda Membelah Pegunungan Andes
Penulis : Bambang “Paimo” Hertadi Mas
Penerbit : Buku Kompas
Cetakan : I, 2012
Tebal : xvi+304 halaman
ISBN : 978-979-709-638-0

“Bagiku alam tempat yang ideal untuk belajar tentang hakikat kehidupan. Kubiarkan semua berproses secara alami.”

Kutipan tersebut menjadi prinsip Bambang “Paimo” Hertadi Mas, seorang petualang yang berhasil menaklukkan Pegunungan Andes. Dengan bersepeda ia melewati pelbagai rintangan sendirian. Ia melakukan perjalanan melintasi Argentina-Bolivia-Cile, Amerika Latin. Dimulai dari kota La Paz, Bolivia, Senin 12 Desember 2005 dan berakhir di Kota Punta Arenas, Cile pada Selasa, 14 Februari 2006.

Perjalanan bersepeda selama tiga bulan yang bertajuk Trans Atacama Cycling Trip 2006 itu disusun Paimo dalam sebuah buku berjudul “Bersepeda Membelah Pegunungan Andes.” Buku setebal 304 halaman ini menceritakan semua pahit-manis selama berpetualang dengan sepeda.

Pada Bab I, Paimo bercerita tentang awal penjelajahan yang begitu mencekam. Ia bersepeda di kawasan Andean Alti-Plano, Bolivia dengan kondisi oksigen yang sangat tipis. Maklum, daerah tersebut berada pada ketinggian sekitar 3.615 meter dari permukaan laut (mdpl). Ia beberapa kali mengalami gejala hypoxia (kepala pusing dan mual).

Selain itu, hujan juga menjadi penghambat perjalanannya. Jalan menjadi basah dan sulit dilalui ketika hujan reda.  Ditambah beban barang-barang bawaannya, bisa dibayangkan betapa susahnya Paimo mengayuh sepedanya.

Pengalaman pahit dialami ketika  melintasi Desa Salinas de Garci Mendoza. Dalam keadaan perut lapar ia sempat tidak dilayani oleh pedagang kelontong di plaza desa tersebut. Pedagang itu mengira Paimo adalah orang Peru dan tidak mampu membayar. Namun, setelah Paimo menunjukkan uangnya, akhirnya ia dilayani juga. Rasa laparnya pun terganjal dengan sekaleng buah Peach dan minuman Tempico.

Selanjutnya, dalam Bab II, Paimo menceritakan perjuangannya menembus padang pasir Atacama. Berada di gurun yang mahaluas membuatnya merasa kecil. Seolah-olah berada dalam gengaman alam yang luas tanpa batas. Namun, nasib baik ternyata memihaknya. Di tengah panasnya gurun ia berjumpa dengan kamp pekerja proyek dan di situ pula ia mendapatkan makanan dengan gratis.

Namun begitu, lagi-lagi perjalanan Paimo harus menemui kesulitan. Ketika melintasi rute Antofagasta-Chanaral, bagian dari jalur RN.5 The North South Panamericana selama lima hari ia tak menemukan pemukiman penduduk. Pada saat itulah ia merasakan tubuhnya lemas karena lelah. Ia tak menemukan tempat untuk berteduh yang layak. Lalu ia terpaksa istirahat di bawah baliho yang sudah rusak. Di bawah naungan bayangan baliho tersebut, Paimo menggelar matrasnya.

Paimo sempat tertidur cukup lama. Saat terbangun, terbersit niat ingin memotret sekitar tempat itu. Ia terkesiap ketika baliho yang rusak itu terhempas angin dan menimpa matrasnya. “Tuhan Maha Besar!” ungkapnya dengan lega. Ia tak bisa membayangkan andai ia terlambat bangun dan baliho itu menimpanya. Pada akhir cerita, Paimo meneteskan air matanya ketika sampai di Punta Arenas, Cile. Menangis karena bahagia mimpinya menjadi kenyataan.

Begitulah kisah Paimo yang bersepeda membelah Pegunungan Andes. Dalam kesendirian, ia bertarung melawan kesunyian dan kesenyapan.Buku ini mengajak kita bagaimana belajar hakikat hidup. Paimo dengan petualangannya bersepeda menaklukkan Pegunungan Andes mampu menemukan nikmatnya berserah diri pada Tuhan.

Peresensi: Abdul Arif
Pengelola Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat IAIN Walisongo Semarang

 

Post a Comment for "Kisah Paimo Menaklukkan Pegunungan Andes"