Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nguri-nguri Bahasa Jawa

Suara Merdeka, 09 Juli 2012

Divisi Tradisional Laboratorium Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bimbingan Penyuluhan Islam dan Program Khusus Penyuluh Agama menggelar pelatihan panatacara dan pemedharsabda, belum lama ini. 
Acara tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa bagi mahasiswa. Acara berlangsung di lantai 2 gedung Laboratorium Dakwah.

Sunaryo Dono Suworo dari Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Semarang, dan Agus Riyadi dosen Fakultas Dakwah didapuk sebagai pembicara. Menurut Sunaryo, Bahasa Jawa sudah menjadi bahasa asing. Terbukti banyak orang Jawa yang tak paham bahasanya. “Lebih asing ketimbang Bahasa Inggris dan Arab,” kata lelaki yang ahli nembang itu.

Menanggapi hal itu, Sunaryo menjelaskan, bahwa Bahasa Jawa termasuk kekayaan budaya. “Budaya itu dinamis, elastis. Tidak bisa dipaksakan,” tegasnya. Maka lunturnya bahasa Jawa adalah keniscayaan. Ia hanya berharap komitmen pemerintah agar budaya yang ada di negeri ini tak di ambil orang asing.

Pelatihan

Melalui pelatihan semacam ini, Sunaryo berharap mahasiswa tak hanya nguri-nguri, tapi juga mengembangkan. Peserta diberi kesempatan untuk mempraktikkan peran pembawa acara pernikahan menggunakan Bahasa Jawa. Peserta pun antusias. Ada mahasiswa yang tampil bagus, tapi tak sedikit yang masih ragu-ragu dan tidak lancar membacakan susunan acara berbahasa Jawa.

Sunaryo menjelaskan, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan oleh pembawa acara. Pertama, seorang pembawa acara hendaknya sering melakukan latihan olah vokal. Hal ini agar pelafalan Bahasa Jawa bisa jelas dan baik. Kedua, pembawa acara harus tampil dengan wajah berseri. Ketiga, perlu memperhatikan etika berbusana. Busana disesuaikan dengan kondisi setempat.

(Abdul Arif, peserta pelatihan dan reporter SKM Amanat IAIN Walisongo Semarang-72)

Post a Comment for "Nguri-nguri Bahasa Jawa"