Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Optimalisasi Sistem Drainase


MEDIA INDONESIA, 12 Maret 2012

Ketika musim hujan, yang dikhawatirkan berbagai kalangan adalah terjadinya banjir. Ya, hujan lagi, banjir lagi di mana-mana. Seolah banjir menjadi rutinitas tahunan yang tak bisa dihentikan. Menjadi ironi ketika pemerintah maupun masyarakat tak bisa menyelesaikan persoalan banjir. Padahal, banjir adalah persoalan klasik.

Penyebabnya tentu sangat kompleks. Perombakan tata ruang menjadi problem paling berpengaruh.  Penjarahan pepohonan di pegunungan untuk dijadikan villa dan pemukiman menjadikan lahan kritis. Lahan berpotensi longsor, sehingga terjadi proses sedimentasi di sungai. Hal ini berakibat pendangkalan sungai.  Alhasil, ketika musim hujan tiba, debit air tak bisa ditampung sungai dan meluap ke mana-mana.

Selain itu, pembangunan besar-besaran di kota juga semakin mengikis keberadaan tanah terbuka. Banyak tanah yang ditutup dengan material, sehingga daya resap tanah semakin minim. Ini akan menyulitkan upaya pencegahan banjir.

Jika sudah separah itu, pemerintah harus bertindak tegas. Pem bangunan daerah konservasi perlu dilakukan dengan segera. Sepantasnya, lahan-lahan gundul di daerah perbukitan maupun pegunungan direhabilitasi untuk mengembalikan fungsi ekologisnya.

Namun, untuk membangun daerah konservasi  butuh waktu cukup lama. Maka, kebutuhan yang paling mendesak adalah mengoptimalkan sungai dan sistem drainase perkotaan. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Setidaknya, langkah ini mampu mengendalikan debit air hujan. Sehingga mengurangi potensi banjir yang sering melanda negeri ini.

M Abdul Arif, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang

Post a Comment for "Optimalisasi Sistem Drainase"