Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bincang Cerpen Soeket Teki

Peserta Paramasastra #9 tengah mendiskusikan sebuh cerpen
SEMARANG-Senin (27/02/2012) Komunitas Sastra Soeket Teki menggelar Paramasastra #9 di depan aula Laboratorium Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Acara yang bertajuk “Imaji dan gaya bahasa cerpen” itu, ramai dipadati pengunjung. Puluhan tamu dari berbagai komunitas sastra dan kelompok teater semarang turut memeriahkan acara tersebut.

Sebelum perbincangan dimulai, beberapa peserta unjuk kebolehan dengan membacakan sebuah puisi. Alvian Guntur dari SKM Amanat tampil memukau membacakan puisi karya Gus Mus yang berjudul “Titik-titik Hujan”. Sementara itu anggota teater Wadas, teater Asa, teater Metafisis, teater Beta serta beberapa Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) tak ketinggalan meramaikan malam penuh lilin itu.

Hammidun Nafi’ S didapuk sebagai pembicara. Lelaki yang akrab disapa Hamid itu adalah mantan lurah Komunitas Soeket Teki 2010-2011. Cerpenis muda asal Jepara itu mengantar perbincangan dengan hangat. Peserta pun sangat antusias mengikutinya.

“Mas, bagaimana cara menulis cerpen agar menarik,” tanya seorang peserta.
Menurut Hamid, cerpen yang bagus adalah yang mampu memuat dua unsur, yaitu gaya bahasa dan imaji. Ia mencontohkan cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Grhhh” yang mengandung imajinasi sangat kuat.

“Kau dapat menilai betapa kuat imajinasi Seno yang bisa menarasikan mayat hidup yang dikaitkan dengan berbagai kejadian masa lalu,” terang Hamid.

Dalam sambutannya, Lurah Soeket Teki, Akhmad Baihaqi Arsyad mengatakan, pada waktu dekat ini Soeket Teki bakal menerbitkan buku antologi cerpen. Ia berharap, dengan penerbitan buku cerpen tersebut, gairah mengaji sastra di IAIN Walisongo Semarang kian meningkat.

-Abdul Arif, reporter Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat IAIN Walisongo Semarang

Post a Comment for "Bincang Cerpen Soeket Teki"