Suasana di Kota Hati
Oleh Arif Srabi Lor
dulu, sebelum malam naas itu
kota di hatiku sangatlah riuh
sajak-sajak berbaris indah
tertulis di dedaunan hijau
namun tiba-tiba saja hujan membasahi pipi
dan jatuh menghapus catatan silam
kota ini makin sepi
hanya mencatat wajah muram
daun-daun kering bersama kemarau
bertebaran membawa sajak-sajak
tersapu angin berserakan
semua hilang tak ada yang tertinggalkan
kata-kata mulai surut
saat rasa yang ku anut
begitu saja menghilang
membuat hatiku gamang
dulu, sebelum malam sial itu
kota hatiku sangatlah ramai
gedung-gedung tertata rapi
seperti matriks tak berordo menjulang tinggi
rasa yang bergejolak
perlahan menjadi entri-entri yang malang
kehilangan cahaya kehidupan
tersungkur dalam catatan kesedihan
:vektor
taukah kau, kekasih?
saat kutatap senyummu senja itu
perlahan tumbuh vektor di hatiku
yang semakin hari kian memanjang
dan yang ku tahu
vektor ini tak punya arah tentu
ia selalu berubah mengikuti gerakmu
bahwa kerinduan merupa sekalar
yang perlahan membuat vektor kian besar dan memanjang
taukah kau, kekasih?
kini vektor itu
hanyalah monumen tak berarti
di kota hati
Ngaliyan, 17 Desember 2010
dulu, sebelum malam naas itu
kota di hatiku sangatlah riuh
sajak-sajak berbaris indah
tertulis di dedaunan hijau
namun tiba-tiba saja hujan membasahi pipi
dan jatuh menghapus catatan silam
kota ini makin sepi
hanya mencatat wajah muram
daun-daun kering bersama kemarau
bertebaran membawa sajak-sajak
tersapu angin berserakan
semua hilang tak ada yang tertinggalkan
kata-kata mulai surut
saat rasa yang ku anut
begitu saja menghilang
membuat hatiku gamang
dulu, sebelum malam sial itu
kota hatiku sangatlah ramai
gedung-gedung tertata rapi
seperti matriks tak berordo menjulang tinggi
rasa yang bergejolak
perlahan menjadi entri-entri yang malang
kehilangan cahaya kehidupan
tersungkur dalam catatan kesedihan
:vektor
taukah kau, kekasih?
saat kutatap senyummu senja itu
perlahan tumbuh vektor di hatiku
yang semakin hari kian memanjang
dan yang ku tahu
vektor ini tak punya arah tentu
ia selalu berubah mengikuti gerakmu
bahwa kerinduan merupa sekalar
yang perlahan membuat vektor kian besar dan memanjang
taukah kau, kekasih?
kini vektor itu
hanyalah monumen tak berarti
di kota hati
Ngaliyan, 17 Desember 2010
Post a Comment for "Suasana di Kota Hati"