Air Mata yang Belum Sempat Ku Hapus
Oleh Arif Srabi Lor
tubuh lemas memaksaku malas
berjam-jam diam dalam pejam
memeram luka kemarin malam
yang makin panas
kawanan serangga hingar bingar
melihat mataku yang memerah, nanar
suaranya penuh tawa
menohok dada memerahkan telinga
aku ingin menangis sekeras tangis
seperti petir mengantar gerimis
namun isakku kian tak terdengar
kalap dalam luka yang amat perih
tapi malam mencoba menghibur
dengan kantuk ia menabur
pada mataku yang kian kabur
oleh air mata yang makin mengguyur
lalu kucoba terima ajakan malam
agar aku tidak karam
dalam wajah buram
dan, tetap saja sedih mencekam
sepanjang malam
sesak dengan isakan
dan tanganku yang malas
belum sempat menghapus
air mata yang bercucur terus.
09 Desember 2010
tubuh lemas memaksaku malas
berjam-jam diam dalam pejam
memeram luka kemarin malam
yang makin panas
kawanan serangga hingar bingar
melihat mataku yang memerah, nanar
suaranya penuh tawa
menohok dada memerahkan telinga
aku ingin menangis sekeras tangis
seperti petir mengantar gerimis
namun isakku kian tak terdengar
kalap dalam luka yang amat perih
tapi malam mencoba menghibur
dengan kantuk ia menabur
pada mataku yang kian kabur
oleh air mata yang makin mengguyur
lalu kucoba terima ajakan malam
agar aku tidak karam
dalam wajah buram
dan, tetap saja sedih mencekam
sepanjang malam
sesak dengan isakan
dan tanganku yang malas
belum sempat menghapus
air mata yang bercucur terus.
09 Desember 2010
Post a Comment for "Air Mata yang Belum Sempat Ku Hapus"